Suatu hari setelah memandu seorang wisatawan Jerman bernama Katja menikmati kegiatan snorkeling di Pulau Raimuti, saya mengantarnya kembali ke kota Manokwari. Kebetulan saat itu waktu menunjukkan pukul 02.00. Kami menyempatkan diri berkunjung ke rumah, Niko Asaribab - seniman Papua yang tinggal di kawasan Pelabuhan Anggrem. Karya-karyanya sebagian besar berupa ukiran dari kayu. Ada juga lukisan tentang pemandangan bawah laut terutama terumbu karang dan ikan-ikan tropis.
Setelah menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam di situ, kami melanjutkan perjalan kami ke pelabuhan Anggrem. Di situ ada beberapa kayu yang merapat di dermaga. Ada tumpukan Semen Tonasa tak jauh dari tempat kami berdiri. Matahari bersinar penuh dan langit cerah. Suasana saat itu terasa panas. Dan saya melihat seorang buruh angkut barang yang memikul semen untuk dimuat ke kapal. Ada satu sak semen tergeletak begitu saja di dermaga kayu. Mungkin semen itu jatuh dari punggung salah satu buruh yang bekerja.
Saya membuat sebuah gambar tentang pemandangan di pelabuhan Anggrem itu. Pelabuhannya sangat sederhana. Beberapa tahun kemudian, pelabuhan itu telah berubah menjadi pelabuhan rakyat dengan konstruksi beton, lantai paving block. Pelabuhan yang baru tersebut saya dengar telah diresmikan oleh Presiden Indonesia Jokowi.
Kini suasana pelabuhan rakyat yang serba sederhana telah hilang. Setidaknya saya telah membuat sebuah gambar tangan berukuran kecil sebagai kenang-kenangan.
Saya membuat sebuah gambar tentang pemandangan di pelabuhan Anggrem itu. Pelabuhannya sangat sederhana. Beberapa tahun kemudian, pelabuhan itu telah berubah menjadi pelabuhan rakyat dengan konstruksi beton, lantai paving block. Pelabuhan yang baru tersebut saya dengar telah diresmikan oleh Presiden Indonesia Jokowi.
Kini suasana pelabuhan rakyat yang serba sederhana telah hilang. Setidaknya saya telah membuat sebuah gambar tangan berukuran kecil sebagai kenang-kenangan.